Fao’aro mengajarkan kepada anaknya apa yang ia tahu, yaitu beternak dan berkebun. CDRM&CDS kemudian memfasilitasi keluarga Bualasokhi dengan memberikan bantuan modal usaha, yang kemudian dimanfaatkan untuk beternak ayam. Bualasokhi tumbuh dan belajar menjadi anak yang mandiri. Sepulang sekolah, ia mengurus ternaknya, dan membantu ayahnya berkebun. Ia juga sudah bisa mengurus diri sendiri. Dari usaha ternaknya, Bualasokhi mampu menjual 15-25 butir telur setiap bulan. Hasil penjualan telur ia gunakan untuk keperluan sekolah, dan membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Anak saya kini rutin makan telur. Saya perhatikan dia semakin sehat dan berani, juga daya tangkapnya mulai berkembang. Saya berharap ke depan dia makin pintar dan daya tangkapnya pulih kembali. Saya juga ingin ia punya tabungan sebagai bekalnya ke depan, seandainya saya sudah tidak ada,” ujarnya.
Fao’aro bercerita tentang keterlibatannya dalam pemberdayaan penyandang difabilitas yang difasilitasi CDRM&CDS. “Sebelumnya saya ikut pertemuan di desa hanya ketika ada bantuan dari pemerintah dan terpaksa harus hadir. Pada suatu ketika, saya diminta untuk membagikan pengalaman kami tentang usaha ternak kami. Jujur saat itu saya sedikit khawatir dan tidak percaya diri. Maklum ini pertama kali saya berdiri dan berbicara di depan orang banyak. Namun karena rasa tanggung jawab, saya memberanikan diri berdiri dan bercerita,” ujarnya. Fao’aro juga bercerita tentang pelibatan anaknya dalam pertemuan di desa. “Dulu saya kurang membebaskan dia ikut kegiatan desa karena khawatir dia berbuat yang tidak berkenan pada orang lain. Sekarang tidak lagi karena saya sadar hal itu
justru akan membentuk karakternya ke arah yang lebih baik,” ujarnya.
Kepala Desa Akheulawe, Amolisi Gulo, juga melibatkan para penyandang difabilitas dalam setiap rapat desa. Sejak Juli 2014, pemerintah desa mulai melibatkan penyandang disabilitas dalam Koperasi KEFAS di Desa Akhelauwe, dan memfasilitasi mereka dengan
modal usaha. “Dulu saya memandang difabilitas itu tidak boleh bekerja dan berusaha karena mereka itu seharusnya dikasihani. Tapi setelah mengikuti orientasi dari CDRM&CDS, saya jadi tahu bahwa difabilitas itu juga perlu diberi kebebasan untuk mengembangkan dirinya,” ujarnya.